Puisi Cinta | Kumpulan Puisi Tentang CintaCINTA DAN KEPERCAYAANAjip RosidiDalam hidup 'kan kupertahankanNilai hubungan antar-manusia, didasarkanAtas cinta dan kepercayaan.'Kan kupertahankan kehangatanGamitan dua tangan, menyampaikanKehangatan rasa dua jiwa.Cinta adalah bunga tumbuhAtas kesuburan tanah kasih, berakarkanHati mau mengerti, saling membagi.Dan kepercayaan, landasanKerelaan dan kemesraan.Pertalian dua hati.1960CINTAKU JAUH DI PULAUChairil AnwarCintaku jauh di pulau,gadis manis, sekarang iseng sendiriPerahu melancar, bulan memancar,di leher kukalungkan ole-ole buat si pacar.angin membantu, laut terang, tapi terasaaku tidak ‘kan sampai padanya.Di air yang tenang, di angin mendayu,di perasaan penghabisan segala melajuAjal bertakhta, sambil berkata:“Tujukan perahu ke pangkuanku saja,”Amboi! Jalan sudah bertahun ku tempuh!Perahu yang bersama ‘kan merapuh!Mengapa Ajal memanggil duluSebelum sempat berpeluk dengan cintaku?!Manisku jauh di pulau,kalau ‘ku mati, dia mati iseng sendiri.1946CINTAKU YANG SENGITDina Oktaviani
rapatkan pakaianmu
tangan dinginku akan menyusup
ke dalamnya
meraba kejalangan kita
dan sisa kebohongan yang terus merambat
di punggungmu
jangan bayangkan wajah rumah
di sana bulan tak pernah lupa rebah
aku hanya ingin mengecup amarahnya
lantaran terangnya tak pernah menyentuh
masa kecilku
manakala tubuhmu telah siap jadi ranjang
sepreikanlah dengan cinta sekedarnya
lalu tanggalkan pakaianmu
biarkan bayanganmu yang gemetar
melibasku sampai kapar
sampai hancur semua pagar
SELIMUT CINTA MERURUB KITA
Dadan Dania DK
Untuk Naida Panjaitan
Naida
Tak kupikir, cinta gelimang hidup cuma
Tak kupikir, kita kembara bumi cuma
Cinta, butir padi di huma
Kita, percik peluh altar siang.
Di Viaduk ini
Riak Cikapundung mengajak pergi
Selimut cinta merurub kita
Dan mata bercakap tanpa kata
Kita pulang Naida
Kita jelang papamu yang berkecak
Kita jelang ayahku yang norak dan lembut
Deru kereta membentur dada....
Ayo menyisih, jangan silaukan mata
Kita pulang Naida ....
Kita jelang Bapak dari segala Bapak
Kita jelang Kasih dari segala Kasih
Pada Yesus yang tabah mengunyah hatimu
Pada Allah yang mesra memeluk jiwaku.
Kita pulang.
SURAT CINTA
WS Rendra
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
bagai bunyi tambur mainan
anak-anak peri dunia yang gaib.
Dan angin mendesah
mengeluh dan mendesah.
Wahai, Dik Narti,
aku cinta kepadamu!
Kutulis surat ini
kala langit menangis
dan dua ekor belibis
bercintaan dalam kolam
bagai dua anak nakal
jenaka dan manis m
engibaskan ekor
serta menggetarkan bulu-bulunya.
Wahai, Dik Narti,
kupinang kau menjadi istriku!
Kaki-kaki hujan yang runcing
menyentuhkan ujungnya di bumi.
Kaki-kaki cinta yang tegas
bagai logam berat gemerlapan
menempuh ke muka
dan tak'kan kunjung diundurkan.
Selusin malaikat
telah turun
di kala hujan gerimis.
DI muka kaca jendela
mereka berkaca dan mencuci rambutnya
untuk ke pesta.
Wahai, Dik Narti,
dengan pakaian pengantin yang anggun
bunga-bunga serta keris keramat
aku ingin membimbingmu ke altar
untuk dikawinkan.
Aku melamarmu.
Kau tahu dari dulu:
tiada lebih buruk
dan tiada lebih baik
daripada yang lain ...
penyair dari kehidupan sehari-hari,
orang yang bermula dari kata
kata yang bermula dari
kehidupan, pikir dan rasa.
Semangat kehidupan yang kuat
bagai berjuta-juta jarum alit
menusuki kulit langit:
kantong rejeki dan restu wingit.
Lalu tumpahlah gerimis.
Angin dan cinta
mendesah dalam gerimis.
Semangat cintaku yang kuat
bagai seribu tangan gaib
menyebarkan seribu jaring
menyergap hatimu
yang selalu tersenyum padaku.
Engkau adalah putri duyung
tawananku.
Putri duyung dengan
suara merdu lembut
bagai angin laut,
mendesahlah bagiku!
Angin mendesah
selalu mendesah
dengan ratapnya yang merdu.
Engkau adalah putri duyung
tergolek lemas
mengejap-ngejapkan matanya yang indah
dalam jaringku.
Wahai, Putri Duyung,
aku menjaringmu
aku melamarmu.
Kutulis surat ini
kala hujan gerimis
kerna langit
gadis manja dan manis
menangis minta mainan.
Dua anak lelaki nakal
bersenda-gurau dalam selokan
dan langit iri melihatnya.
Wahai, Dik Narti,
kuingin dikau
menjadi ibu anak-anakku!
TIADA KULIHAT MATAMU MENGUCAP CINTA
Dadan Dania DK
Zahra,
kupetik jeruk-jeruk mungil di kebunmu
lalu mataku tersesat pada sela jemarimu
pada alunan suaramu
pada senar gitar akustikmu
tangga bagi tatap dari jari hingga rona
Dan tiada kulihat matamu mengucap cinta
Tatap yang kutancap jadi kesiap pada jemarimu
sejenak lagumu terhenti
jemari yang tak lagi lekat pada gitar, cengkrama denganku
pelan kutelusuri remasmu
parasmu
Dan tiada kulihat matamu mengucap cinta
Ketika rinai berderai dan pekat menyekat lorong esde satu
kencan kita tanpa sengketa
cerita akan diri akan duri
hanya lengan yang berlabuh di bahumu
ketika kita sambung jalan talaga bodas dari ujung ke-ujung D
an tiada kulihat matamu mengucap cinta
Telah kusebut Bandung adalah perang tak berujung
lalu kubimbing desahku menghirup napas Wanaraja
tatapmu jadi perangkap
akupun lelap dalam dekap
dalam kecup
Dan tiada kulihat matamu mengucap cinta
Wanaraja yang asri, nyatanya penjara sepi tak terperi
lantas kupacu diriku menerjang juang tak kunjung reda
hendak kulupa matamu tanpa cinta
hendak kulunak detak yang menghentak
hendak kukatupkan kuak yang menggerit
namun rindu tiada terperabu
meronta dan perkasa
dari jauh terulur matamu mengusap hanjuku
kuhadapkan tatap padamu
tiada rasaku terbias dimensi kala dan antar
Dan tiada kulihat matamu mengucap cinta.
Wanaraja, 1397H